Bakterial vaginosis atau disingkat BV merupakan penyakit keradangan vagina (vaginitis atau vulvovaginitis).Penyakit lain termasuk dalam katagori vaginitis adalah trichomoniasis, candidiasis. Infeksi yang terjadi ketika terlalu banyak bakteri tertentu yang mengubah keseimbangan pH dan populasi bakteri di vagina.
BV tidak ditularkan secara seksual namun dikatagorikan sebagai IMS (Infeksi Menular Seksual) karena dapat meningkatkan penularan IMS yang lain, seperti gonorrhea, sifilis, HIV dll. BV juga berkaitan dengan kelahiran bayi premature dan berat badan lahir rendah jika BV terjadi pada saat kehamilan.
Vaginosis bakterial (VB) adalah suatu penyakit dengan gejala keputihan yang paling sering ditemukan pada wanita di usia reproduksi. Angka kejadian VB di dunia sangat bervariasi yaitu diantara 11.1-60.8%. Di wilayah Asia termasuk Indonesia, angka kejadian VB ditemukan 7.5-22%. Data nasional dari CDC menunjukkan bahwa prevalensi bakterial vaginosis adalah 29%, atau sekitar 21 juta, pada wanita usia produktif (14-49 tahun). Angka ini mewakili 1/3 dari seluruh wanita dewasa di Amerika Serikat.
VB lebih sering disebut vaginosis daripada vaginitis karena hanya disebabkan oleh gangguan keseimbangan flora normal vagina daripada suatu infeksi spesifik. Pada VB terjadi perubahan komposisi ekosistem vagina sehingga terjadi gangguan keseimbangan flora normal pada vagina. Pada VB organisme komensal (bakteri jahat) meningkat jumlahnya dan menekan jumlah bakteri baik pada vagina sehingga tidak mampu melawan infeksi.
VB bukanlah suatu infeksi dengan penyebab monobakteri yang spesifik, tetapi beberapa bakteri anaerob, mikroaerofilik dan organisme yang tergantung pada CO2 seperti Prevotella spp, Mobiluncus spp, Gardnella vaginalis dan Mycoplasma hominis yang menggantikan Lactobacillus spp. sebagai bakteri baik sehingga menyebabkan peningkatan pH vagina. Penyebab pasti terganggunya keseimbangan pertumbuhan bakteri di dalam vagina belum diketahui secara pasti. Namun beberapa penelitian menemukan hubungan perilaku seksual seperti pasangan seksual yang banyak, wanita pekerja seksual, lesbian, tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual, dengan angka kejadian dan kekambuhan VB. Faktor risiko lain yang juga dikatakan berhubungan antara lain penggunaan alat kontasepsi dalam Rahim (AKRD), etnis hispanik dan kulit hitam, penggunaan antibiotik jangka panjang, merokok, douching vagina, sosio-ekonomi rendah, diet, stress dan adanya riwayat infeksi menular seksual sebelumnya. Meskipun hubungan seksual mungkin memfasilitasi penularan, namun VB bukan termasuk penyakit menular seksual tetapi dikategorikan sebagai salah satu infeksi endogen saluran reproduksi wanita.
Tanda dan Gejala Klinis
Sekitar 50-70% pasien VB tidak menunjukan gejala dan keluhan atau disebut asimptomatik. Bila ada keluhan, umumnya berupa keputihan abnormal (terutama setelah melakukan hubungan seksual), berwarna putih keabuan, dan berbau yg khas yaitu bau amis. Keluhan lain yang sering ada yaitu rasa gatal, perih, dan rasa terbakar walaupun relatif lebih ringan jika dibandingkan gejala vaginitis lain yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau Candidia albicans. Sedangkan untuk keluhan nyeri abdomen, nyeri atau rasa tidak nyaman atau panas saat buang air kecil jarang terjadi. Selain keluhan subjektif yang ditemukan melalui wawancara terhadap pasien, pada pemeriksaan fisik oleh dokter akan ditemukan keputihan berwarna putih keabu – abuan yang homogen, tipis, kekentalan rendah atau normal, berbau amis, jarang berbusa. Pemeriksaan cairan pH vagina berkisar antara 4,5 – 5,5. Pada VB tidak ditemukan gejala inflamasi pada vagina dan vulva, namun BV dapat timbul bersama infeksi saluran reproduksi yang lain seperti trikomoniasis dan servitis sehingga gejala yang ditimbulkan tidak lagi spesifik.
Diagnosis VB dapat ditegakan melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang. Salah satu kriteria yang paling popular digunakan di berbagai fasilitas kesehatan dalam penegakan diagnosa VB adalah kriteria Amsel. Kriteria ini umum digunakan karena sederhana, mudah, murah, cepat, dan memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Kriteria Amsel tersebut antara lain terdapat keputihan vagina yang homogen, tipis, berwarna putih keabuan, melekat pada dinding vagina dan abnormal; terdapat clue cells pada sediaan basah (>20% total epitel vagina yang tampak pada pemeriksaan mikroskopis dengan cairan fisiologis dan pembesaran 100 kali); tes amin yang positif yaitu, timbul bau amis pada keputihan yang ditetesi larutan KOH 10% (Whiff test); dan pH vagina > 4,5 dengan menggunakan kertas lakmus.
Komplikasi Vaginosis Bakterialis
Vaginosis bakterialis biasanya tidak menimbulkan komplikasi. Tetapi jika dibiarkan tanpa pengobatan, kondisi ini dapat memicu terjadinya sejumlah komplikasi serius, yaitu:
-Kelahiran prematur
Wanita hamil yang menderita vaginosis bakterialis memiliki risiko melahirkan prematur dan infeksi setelah proses persalinan.
-Penyakit radang panggul
Radang Panggul (PID) merupakan jenis penyakit peradangan pada rahim dan saluran indung telur yang dapat menurunkan tingkat kesuburan.
-Infeksi menular seksual
Vaginosis bakterialis meningkatkan risiko wanita terkena penyakit menular seksual, seperti virus herpes simplex, chlamydia, dan HIV.
-Infeksi setelah operasi
Vaginosis bakterialis dapat meningkatkan risiko wanita mengalami infeksi pascaoperasi daerah panggul, seperti histerektomi atau operasi caesar.
Pencegahan Vaginosis Bakterialis
Langkah utama untuk mencegah vaginosis bakterialis adalah menjaga keseimbangan bakteri di dalam vagina. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keseimbangan bakteri tersebut antara lain:
Tidak membersihkan vagina dengan semprotan air
Menyiram atau membersihkan vagina dengan semprotan air dapat menghilangkan bakteri baik yang melindungi vagina dari infeksi. Jika bakteri ini hilang, risiko terkena vaginosis bakterialis akan meningkat.
Menurunkan risiko iritasi pada vagina
Risiko iritasi pada vagina dapat diturunkan dengan cara:
- Hindari penggunaan sabun dengan kandungan pewangi untuk membersihkan bagian luar vagina.
- Gunakan celana dalam berbahan katun, dan jangan mencuci celana dalam menggunakan sabun cuci dengan kandungan kimia keras.
- Gunakan pembalut tanpa kandungan pewangi.
Mencegah infeksi menular seksual
Penting untuk selalu melakukan hubungan seksual secara aman, misalnya dengan tidak berganti-ganti pasangan, atau dengan menggunakan kondom saat berhubungan seksual.
GAMBAR




Jika mengalami gejala seperti diatas, silahkan berkonsultasi ke
WA : 085 338 180 688 ( Khusus Booking )
Lokasi Praktek
Apotek Kita Ubung
Jl. Cokroaminoto No.309
Ubung Denpasar
Jadwal
Praktek Dokter Spesialis
Senin s/d Sabtu – 11.00 s/d 21.00
Praktek Dokter Umum
Senin s/d Jumat – 17.00 s/d 22.00

Kerja sama dengan


